FGD Dalam Rangka Dies Natalis ke-38 Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia
Gaungdemokrasi – Jakarta
Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Kamis 7 Oktober 2021 lalu, mengadakan forum Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-38 dan pengabdian masyarakat di Papua, di program Studi Kajian Ketahanan Nasional (PKN) yang berlangsung di kampus SKSG Salemba Universitas Indonesia.
Kali ini FGD mengusung isu strategis terkait tema, “Ketahanan Sosial Budaya dan Pembangunan Papua dalam Persepektif Ketahanan Nasional”, pada Dies Natalis ke-38 turut menghadirkan beberapa pembicara diantaranya, Letjen TNI (purn) Agus Widjojo selaku gubernur Lemhanas, serta dua putra terbaik Papua, Komjen Polisi Paulus Waterpauw Kepala badan intelijen keamanan Polri dan Dr.Ir. Apolo Safanpo.,ST.,MT rektor universitas cendrawasih.
Dalam sambutan pembukaan acara SGD. Athor Subroto, S.E., M.M., M.Sc., Ph.D selaku direktur SKSG UI pada FGD dies natalis ke38 mengatakan,” FGD kali ini mebawa kita untuk dapat secara bersama – besama bagaimana memahami perbedaan, sebagaimana kita ketahui bangsa Indonesia sangat berbeda-beda dalam suku dan agama dalam kebersamaan, seperti apa yang selalu diusung oleh founding father Indonesia”.Dipilihnya tema kajian ketahanan sosial dan pembangunan Papua pada dies natalis ke-38 ini merupakan salah satu pengabdian masyarakat perguruan tinggi yang bertujuan untuk bisa mendapatkan masukan berbagai pihak terutama para tokoh papua terkait perspektif ketahanan nasional dalam berbagai hal diantaranya persoalaan ekonomi, sosial budaya dan kondisi terkini Papua.
Persoalaan problematika masyarakat lokal di Papua begitu kompleks dalam menghadapi segala bentuk ancaman, sering kali sosial budaya masyarakat Papua dilihat sebagai suatu perangkat nilai dan kebiasaan yang berbeda dengan budaya pada umumnya, diposisikan sebagai suatu beban bukan modal. “Sudah waktunya membahas persoalan Papua secara multidimensi yang mengacu pada pengembangan model dan modal sosial budaya untuk menguatkan kapasitas lokal masyarakat Papua. Ini merupakan tantangan utama dalam proses identifikasi dari model dan modal sosial budaya Papua dengan daerah lain, bagaimanan kita dapat merumuskan model kebijakan pembangunan Papua melalui proses yang partisipatif,” ungkap Dr. Arthur Josias Simon Runturambi selaku host dan Kaprodi dalam sambutanya di acara dies natalis ke-38 Universitas Indonesia.
Komjen Paulus Waterpauw, sebagai pembicara pertama saat memberikan paparan dalam FGD menjelaskan, ketahanan nasional adalah faktor kunci dalam eksistensi perkembangan suatu bangsa termasuk Indonesia, termasuk pula ditanah Papua, tanpa memiliki ketahanan nasional yang Tangguh, maka akan sangat sulit bagi Indonesia untuk memenuhi cita-cita negaranya. Indonesia mengahadapi resiko ancaman global tidak hanya ancaman yang datang dari luar tetapi juga ancaman dari dalam negeri.Bagi Komjen Paulus Warterpauw pemerintah harus melibatkatkan lembaga nasional serta lembaga-lembaga kemasyarakat dalam pembangunan dan pembinaan masyarakat. Program pengembangan Pendidikan masyarakat Papua juga menjadi perhatian khusus yang diberikan oleh Komjen Paulus Waterpauw, tantangan utama dalam mewujudkan ketahanan Nasional di provinsi Papua, kondisi Pendidikan penduduk asli Papua masih jauh tertingal dibanding penduduk asal luar daerah Papua. Terbatasnya lembaga – lembaga pendidikan di tanah Papua dan kurangnya tenaga pengajar di Papua menjadi permasalahan tersendiri, hal ini diperparah apabila ikut diperhitungkan angka kemangkiran guru.
“Berdasarkan survey yang dilakukan oleh UNICEF pada tahun 2021 di Papua dan Papua Barat tingkat kemangkiran guru dan frekuensi kedatangan pengawas ke sekolah, tingkat kemangkiran guru di sekolah – sekolah yang tidak pernah didatangi oleh pengawas mencapai 52%, sedangkan sekolah yang didatangi pegawas bedasarkan survey kemangkiran guru hanya mencapai 18%”, ujar Komjen Paulus Waterpauw saat memberikan paparan FGD kualitas dan kwantitas guru ditanah Papua.
Lebih lanjut Komjen Paulus Waterpauw mengatakan, uraian ini memberikan implikasi yang tidak sederhana bagi pemenuhan hak-hak warga negara, khususnya penduduk usia sekolah di tanah Papua. Pemerintah harus dapat mencari solusi dalam mengupayakan agar sekitar 250.000 orang anak penduduk usia sekolah untuk harus dapat bersekolah. Inilah cita-cita UU Otsus papua yang telah disahkan hampir 20 tahun lalu, dana otsus Papua mengatur bahwa dana Otsus dapat digunakan untuk pembangunan pendidikan orang asli Papua yang belum memperoleh Pendidikan yang bermutu secara berkesinambungan.
Letjen TNI (purn) Agus Widjojo gubernur Lemhanas, selaku pembicara kedua mengatakan, terkait pembangunan ketahanan nasional sosial budaya Papua dan Papua Barat harus dapat mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan dan gangguan baik yand datang dari dalam maupun luar yang dapat membahayakan intergritas kelangsungan hidup bangsa dan negara.
“ancaman sosial budaya di Papua terdapat perbedaan indeks pembangunan manusia Papua dan Papua Barat masih jauh di bawah rata-rata nasional, selain itu perbedaan pembangunan antar kedua Papua ini juga masih mengaga lebar, selain itu konflik antar suku masih kuat”, ungkap Letjen TNI (purn) Agus Widjojo.
Sejalan dengan Letjen TNI (purn) Agus Widjojo. Dr.Ir. Apolo Safanpo.,ST.,MT selaku rektor universitas cendrawasih yang diberikan kesempatan terakhir untuk melakukan paparannya di FDG ke-38 SKSG UI menjelaskan ketahanan dibidang sosial budaya, merupakan kondisi dinamis yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala bentuk ancaman, kebudayaan bagi Dr.Ir Apolo merupakan gambaran seluruh cara hidup yang melembaga dalam suatu masyarakat yang menifestasinya tampak dalam tingkah laku yang bisa kita pelajari, dengan demikian ketahanan sosial yang dibentuk oleh kebudayaan tertentu bisa dipelajari dan diupayakan untuk meningkatkan kualitasnya.
Lebih lanjut Dr.Ir Apolo mengatakan tujuan ketahanan nasional sesuai dengan hakikatnya memajukan kesejateraan umum seperti yang terdapat dalam UUD mencerdaskan kehidupan berbangsa, untuk mencapai kesejahteraan umum perlu dilakukan pembangunan fisik dan non fisik, pembangunan nilai seperti pembangunan pendidikan menjadi salah satu tujuan nasional dalam melakukan pendidikan yang baik, melalui pendidikan yang baik, prilaku pribadi – pribadi individu pada akhirnya akan membentuk prilaku budaya di dalam masyarakat.
“apa yang disampaikan oleh bapak intelkam adalah benar faktor pendidikan pada akhirnya akan menjadi faktor penentu bagaimana kita membentuk karakter dari setiap pribadi individu yang pada akhirnya akan membentuk prilaku sosial atau budaya tertentu”. tutup Dr.Ir Apolo. @ red