Komunitas Pers Angkat Bicara Atas Revisi RUU Penyiaran Yang Menuai Polemik
gaungdemokrasi.com Lubuklinggau – Koordinator Komunitas Pers Bersatu Bersama Jurnalis (BBJ) Media Group,dengan tegas Pranata Meksiko menolak keras Rancangan Undang-undang Penyiaran, serta semua pasal pembungkaman kebebasan pers dan kebebasan berekspresi, sebab dinilai melemahkan demokrasi.
Pranata Meksiko menilai ada prosedur yang salah dalam penyusunan RUU Penyiaran. Ditambah, proses yang salah ini disertai pula dengan munculnya pasal-pasal aneh yang tidak sejalan dengan nawacita kemerdekaan pers di republik indonesia
“Misalnya yang menjadi sorotan semua rekan-rekan jurnalis, yakni di pasal 50b ayat 2c, karena secara spesifik melarang penayangan konten eksklusif jurnalisme investigasi. Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers,” tegas Pranata saat ditemui di Sekretariat BBJ, Selasa (28/5/2024)
lebih lanjut pranata menjelaskan,” UU Pers 40 Tahun 1999 sudah diatur bahwa kerja pers dilindungi oleh UU. Maka tentu RUU Penyiaran bertentangan dengan hal itu. Menurutnya, pelarangan ini juga jelas berpotensi membatasi hak publik untuk mendapatkan informasi.
hal ini juga melanggar kepentingan publik, karena haknya publik untuk tahu adalah hak asasi manusia. Tugas itu amanah dan dititipkan kepada jurnalis,” jelas nya
Masalah lain, ialah Pasal 42 ayat 2 yang memberikan kewenangan lebih kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menyelesaikan sengketa jurnalistik terkait penyiaran diruang publik.
Di pasal itu pula (KPI ) bisa menangani sengketa. tentu bertentangan dengan UU 40 tahun 1999 tentang Pers, sebab dimana fungsi dari Dewan Pers menyelesaikan sengketa pers. Jadi disini ada tumpang tindih. Ada banyak sekali pasal dalam RUU Penyiaran yang bermasalah.
tambah Pranata ,” ada lagi masalah terkait hilangnya aturan terkait kepemilikan media. Ia menilai ini merupakan pasal yang membahayakan demokratisasi konten, termasuk juga kedepan nya akan mengancam perlindungan terhadap kelompok minoritas.
“RUU ini berpotensi mengancam independensi jurnalis dan media. Revisi ini dapat digunakan untuk menekan media agar berpihak kepada pihak-pihak tertentu. Merusak independensi media dan keberimbangan pemberitaan, seperti termuat dalam draf Pasal 51E,” ujar nya
Pranata menegaskan, BBJ Media Group sebagai komunitas pers menuntut dan menyerukan, agar memastikan bahwa setiap regulasi yang dibuat harus sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan pers.
“Kami percaya bahwa kebebasan pers dan kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia yang harus dijaga dan dilindungi. Kami menduga RUU Penyiaran ini bakal jadi alat pemerintah untuk melemahkan praktik demokrasi di Indonesia. Patut diduga juga menjadi upaya pemerintah untuk membangkitkan semangat Orde Baru.
Kalau dulu Orde Baru menggunakan militer dan aparatur keamanan sebagai alat untuk membungkam. Kami menduga metode ini berubah dengan membatasi ruang gerak melalui undang-undang. Dengan adanya revisi UU Penyiaran ini yang kemudian isinya melarang jurnalisme investigasi dan sebagainya, tentu sangat dicurigai akan ada upaya-upaya agar masyarakat tidak kritis terhadap pemerintah,” pungkas pranata. (Virgo/rls *)